Pee Wee Gaskins Rawks mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran para Dork's & Tatiana, yang sudah rela datang untuk melihat @PWGofficial !
Meskipun Dochi tidak main, Semangat Dork's untuk Dukung Pee Wee Gaskins selalu membara :)
Thank's #Dorky
Cara menggunakan fitur Auto Like Status Facebook sangatlah sederhana. Tetapi bagi sebagian orang yang masih awam dengan aplikasi ini sebuah panduan sangatlah berarti.
Berikut adalah panduan penggunaannya :
Pertama pastikan anda dalam posisi log in di Facebook
Bukalah alamat situs Auto Like yang ingin anda gunakan, atau ikuti rekomendasi kami: http://likelo.com
Setelah berhasil masuk ke alamat situsnya perhatikan gambar berikut
dan klik link yang ada di bawah tanda panah (Anchor berwarna merah).
Untuk mempermudah sebaiknya anda klik kanan dan buka link pada tab baru
Untuk penggunaan pertama kali, akan muncul permintaan izin dari aplikasi developer (biasanya provider selular seperti Samsung,
Nokia, Experia dsb). Klik izinkan/pasang pada pojok kanan halaman
seperti yang ada pada gambar dibawah ini sehingga pengambilan token atau
access ID di nyatakan sukses. Lalu copy token/access ID tersebut dan
paste pada kotak token kemudian submit atau tekan enter. Khusus untuk
pengguna likelo.com pastikan copy semua alamat url yang ada sebagai
access token.
Contoh Token adalah sebagai berikut: http://facebook.com/connect/login_accessAAABempp6Ls0BAHH80NEZAgycxZCnTTJ1dVPudvO64grcpxuFZDZD&typescabs
Jika anda menggunakan Auto Like seperti Powerlike, Machine Like dan
sebagainya gunakanlah Kode Token. Posisinya ada di address bar atau
kolom alamat URL yang diberikan, ambillah kode yang di mulai dari AAA
dan berakhir sebelum tanda &. lihatlah tulisan yang berwarna merah
diatas.
Selanjutnya akan muncul daftar status facebook anda, klik submit
pada masing masing status yang ingin di auto like (khusus pengguna
likelo.com) atau klik auto like pada status terakhir yang muncul pada
aplikasi auto like lainnya. Jika anda di minta mengisi captcha, isilah
untuk menghindari spam seperti gambar berikut :
Tanggal 18 maret ini Vocalist Choa Sansan akan menikah sama Natasha Charissa loh Dorks & Tatiana, mari kita doakan semoga lancar pernikahan mereka ber-2 :)
Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot
Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata
lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut.... Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.
Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus
mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari
rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.
Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang
sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek
lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat
mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus
memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang
tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.
Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak
digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai
sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang
dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah
menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan
permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan
pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan
kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua
tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini
tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.
Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu
Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan
tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek
lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan
airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang
paling dicintainya ini.
“Pak, Pak, ini Ega…” (Senyap)
Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua
bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar,
seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno
tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka
matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk
puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis.
Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.
Melihat
kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari
tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi
hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati
menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.
Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.
Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia koma. Antara
hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.
Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan
mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya
menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap
kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya.
Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah.
“Hatta.., kau di sini..?”
Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak
mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga
memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno
dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.
“Ya, bagaimana keadaanmu, No ?”
Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu.
Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya.
Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.
Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik
bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan
ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal. “Hoe gaat het met jou…?”
Bagaimana keadaanmu?
Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.
Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis
di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan.
Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol.
Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.
Kedua teman lama
yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut
berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat
dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa
kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang
hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani.
“No…” Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu
mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus
kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.
Jauh di lubuk
hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa
bapak bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno
tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya
yang demikian erat dan tulus.
Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.
Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka. Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.
Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah
buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka
kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil.
Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan
puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit.
Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.
Minggu pagi,
21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter
kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua
orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya
ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu
waktunya tidak akan lama lagi.
Dengan sangat hati-hati dan
penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan
yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan
dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan
yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu
juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak
pernah mampu lagi untuk membuka.
Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya.
Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti
mengalir. Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan
sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan.
Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi.
Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun
semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang
belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini
telah tiada.
Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya,
sesama tim dokter kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan
pernyataan resmi: Soekarno telah meninggal.
Kini telah tiada
lagi manusia yang bisa membuat dunia terdiam dengan perkataannya, tidak
ada lagi singa yang sangat ganas. Betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan
yang dialami Soekarno. Terima kasih wahai Bung Karno karena telah
membuat rakyat indonesia dapat terbebas dari penjajahan yang amat pedih.
Jasamu tak akan pernah dilupakan. Dan terima kasih Allah karena engkau
telah menciptakan manusia terhebat di negara kami. Selamat jalan wahai
Singa Mimbar.
Silahkan Klik "SUKA" dan "BAGIKAN", Jika dinilai baik & bermanfaat bagi sahabat semua. Semoga menjadi kebaikan Kita semua.
- Kami : menurut bang Aldy, Pee Wee itu kyk gimana ? orangnya solid gak?
- Bang Aldy : " Pee Wee... lebih apa ya? semuanya bareng - bareng sih gak punya duit bareng... pokoknya semuanya bareng - barenglah pokoknya. "
- Kami : bang Aldy? kan banyak yang Anti sama Pee Wee... menurut bang aldy gimana tanggapanya tentang mereka?
-Bang Aldy : " Lancang Bang Aldy "gak peduli" enggak peduli sama "HATTER'S" jadi apa yang kita lakuin bukan untuk "HATTER'S" buat yang suka aja, "Gak muluk-muluk" yang benci harus suka "gak" yang penting kita buat musik, kita berkarya buat orang yang suka "
Lighting was fine, the only trouble I found with
lighting was while shooting Soulfly’s Tony Campos and Marc Rizzo who
stayed out of the limelight and decided to hide in the dark. Another
problem with lighting is that I was using a 420EX which is a pretty old
school flash. With no knowledge whatsoever, took it out for a ride and
start shooting.
Lens used were 8mm Samyang f/3.5 and 15-85mm f/3.5 alongside my 7D.
8mm Samyang works well in the moshpit and it helped me to get intimate
with the crowd. Shooting in the moshpit is a hell of fun but keep an eye
for flying punches and kicks. Always have the focus ready and one hand
steady to protect your gear and yourself.
here’s a gif that I made from a few pictures from the moshpit: